Pada edisi ke-delapan kita telah membahas tentang puasa ditinjau dari segi fiqh Islam (hukum Islam). Pada edisi ke-sembilan kita akan membahas puasa dari segi kesehatan. Sebab salah satu hikmah puasa adalah untuk menyehatkan badan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Shina (980-1037 M), seorang dokter muslim yang menjadi Bapaknya ilmu kedokteran di Barat, selalu mengharuskan setiap pasien yang datang kepadanya untuk berpuasa selama tiga minggu. Bagi Ibnu Shina yang di dunia Barat terkenal dengan Avicena, puasa merupakan terapi efektif dan murah meriah dalam menyembuhkan pasien-pasiennya. Maka pantas kalau Rasulullah bersabda, “Puasalah kamu, maka akan sehat”
Puasa dan
kesehatan
Daya tahan manusia dengan tidak
adanya makanan dan minuman yang masuk ketubuhnya cukup besar. Manusia sehat
dapat bertahan selama dua minggu, meskipun tanpa makanan sama sekali, asal
tetap minum air. Sedangkan jika tidak makan dan minum sama sekali, ia dapat bertahan
selama seminggu. Kalau hanya menahan makan dan minum selama dua belas jam saja,
pengaruh buruknya terhadap kesehatan praktis tidak ada sama sekali. Para
peneliti telah melakukan penelitian terhadap sejumlah gejala dan tindak
kejiwaan dari puasa, mereka mencoba untuk menemukan pengaruh puasa pada sel-sel
tubuh manusia, apa yang terjadi pada sel-sel otak dan sel-sel tubuh lainnya.
Terhadap tubuh / jasmani puasa
memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan, antara lain :
1.
Pemeliharaan tubuh dari sisa-sisa
dan kelebihan zat tubuh dan sel.
Dalam keadaan puasa
tubuh akan menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan. Sekiranya zat makanan
tersebut habis, maka mulailah digunakan atau dioksidasi jaringan-jaringan
tertentu. Bagian tubuh yang paling pertama digunakan adalah bagian yang
terlemah atau sakit seperti jaringan dengan peradangan atau penanahan. Dari
jaringan tersebut yang pertama diproses adalah jaringan yang rusak atau telah
tua, uantuk selanjutnya dikeluarkan oleh tubuh. Puasa dalam hal ini bertindak
sebagai operasi yang membuang sel-sel yang rusak atau lemah dari bagian tubuh
yang sakit, selanjitnya memberi kesempatan kepada peremajaan sel-sel sehingga
lebih aktif.
2.
Melindungi manusia dari penyakit
gula.
Pada waktu puasa kadar gula akan
turun, Hal ini menyebabkan kelenjar pankreas berkesempatan untuk istirahat.
Kita mengetahui fungsi kelenjar ini adalah untuk menghasilkan hormon insulin.
Hormon ini berfungsi mengatur kadar gula dalam darah, merubah kelenjar gula
menjadi glikogen yang disimpan sebagai cadangan diotot dan di hati. Penelitian
medis terhadap orang yang berpuasa di bulan Romadhon pernah dilakukan oleh
Muazzam dan Khaleque yang dilaporkan dalam majalah Journal of Tropical Medicine
pada 1959. Juga oleh Chassin dan Hubert yang dilaporkan dalam majalah Journal
of Physiology pada 1968.
Mereka menemukan bahwa
tidak ada perubahan kadar unsur kimia dalam darah orang berpuasa selama bulan
Romadhon. Kadar gula darah memang menurun lebih rendah dari pada biasanya pada
saat-saat menjelang maghrib, tetapi tidak sampai membahayakan kesehatan.
3.
Menyehatkan sistem pencernaan.
Diwaktu puasa lambung dan sistem
pencernaan lainnya akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama
lebih kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung
dari makanan yang bertumpuk dan berlebihan. Kadar asam lambung akan lebih
meningkat pada saat menjelang maghrib di hari-hari pertama berpuasa, tetapi
selanjutnya akan kembali menjadi Pnormal. Barangkali itu pula sebabnya puasa
diwajibkan hanya kira-kira 12 jam saja.
4.
Puasa mengurangi berat badan yang
berlebih.
Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan, secara
ilmiah diketahui bahwa rasa lapar tidaklah karena kekosongan perut dari makanan
semata tapi juga dipengaruhi penurunan kadar gula dalam darah.
Oleh karena itu dianjurkan berbuka
dengan sesuatu yang manis terlebih dahulu, sehingga bisa mengurangi makan yang
berlebihan pada waktu berbuka, sehingga tidak menghilangkan hikmah puasa yang
mengharuskan hemat, zuhud dan melatih nilai rohani. (Dari berbagai
sumber)
PENGARUH
PUASA DAN SEGI KEJIWAAN
Keyakinan pribadi ada kaitan makna
dengan maksud dan tujuan berpuasa. Hal ini penting bagi seseorang untuk dapat
menghayati dan merasakan hasil gunanya (reward) dan mendukung ketrlibatan
(motivasi) melakukan puasa tersebut. Disini yang penting bukan hanya aspek
pengertian (kognitif) akan tetapi juga penghayatan emosional. Makna ibadah
puasa dalam menuju ketaqwaan tidak akan ada artinya bila tidak diyakini /
dilaksanakan oleh yang melaksanakan. Niat bukanlah sekedar ucapan akan tetapi
pernyataan yang menunjukan penghayatan menyeluruh.
Pengulangan dari proses pengalaman,
salah satu proses pembentukan / perkembangan kepribadian yang penting adalah
proses belajar. Faktor penting agar dapat dipelajari menjadi bermakna dalam
perubahan atau perkembangan prilaku seseorang adalah pengulangan pengalaman
yang disertai faktor pendukung lainnya.
Pengalaman menjalankan ibadah puasa
Ramadhan dengan segala persyaratannya (menahan berbagai dorongan nafsu, amarah
dan sebagainya) yang diulang setiap hari dalam satu bulan penuh dan diulangi
lagi setiap tahun, bila benar-benar dimulai dengan niat dan kesiapan akan
merupakan suatu proses belajar yang efisien dan efektif dalam menurut prilaku
dan disiplin diri.
Sebagai mana kita ketahui , sebagian
besar penyakit yang diderita manusia sebenarnya berkaitan dengan prilaku
manusia itu sendiri. Dari penyakit infeksi, muntaber, sampai kepenyakit
jantung, penyakit akibat stres bahkan beberapa kanker erat kaitannya dengan
prilaku tidak sehat manusia.
Contoh yang paling jelas tentang
hubungan penyakit dengan prilaku adalah penyakit muntaber (akibat tidak terjaga
kebersihan makanan dan lingkungan) dan penyakit kelamin (akibat “membeli” penyakit dari pelacur). Akan halnya
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan penyakit-pentakit akibat stres
(termasuk sakit lambung), itu sangat erat kaitannya dengan ketidakmampuan diri
ketika melihat pesaing lebih maju, tidak mampu menahan amarah, dan tidak mampu
menahan diri untuk bersabar.
Ilmu kedokteran telah membuktikan
bahwa mereka yang sedang marah, baik yang dipendam maupun yang dinyatakan,
sedang “panas hati” oleh sebab apapun, atau sedang dilanda tidak sabar, akan
meningkat kadar hormon katekholamin dalam darahnya. Hormon katekholamin ini
akan memacu denyut jantung, menegangkan otot-otot, dan menaikan tekanan darah.
Semua itu jika dibiarkan berlangsung lama, akan membahayakan kesehatan dan
mempercepat proses ketuaan.
Ingat akan puasa ketika hendak akan
marah, ketika tidak sabar, atau ketika panas hati, akan mematalkan terjadinya
peningkatan kadar hormon kelompok katekholamin dalam darah. Efek inilah yang
sebenarnya lebih besar pengaruhnya terhadap kesehatan dalam pengertian yang
positif, karena ia akan menghindarkan seseorang dari efek buruk akibat kadar
hormon kelompok katekholamin yang meningkat secara berlebihan ketika orang
marah, kesal, panas hati, dan tidak sabar.
Puasa sebenarnya mengandung pesan
agar orang menghindari prilaku yang tidak sehat, termasuk prilsaku ysng
didorong oleh emosi. Hanya dengan demikian puasa akan memberi manfaat yang
besar terhadap kesehatan dan membantu memperpanjang hidup. (Kartono Muhamad,
Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia).
No comments:
Post a Comment