Thursday, December 20, 2012

KOMPETENSI INTI KEWIRAUSAHAAN


Tidak dapat disangkal lagi, bahwa kesinambungan hidup perusahaan, sangat tergantung pada ketahanaan wirausaha dalam meraih keunggulan bersaing melalui strategi yang dimilikinya. Menurut Collin Montgomery (1998: 5) strategi perusahaan adalah cara-cara perusahaan menciptakan nilai melalui konfigurasi (multimarket scope of corporation) dan koordinasi aktivitas multimarketing.
Meskipun dalam manajemen perusahaan moderen seperti sekarang ini telah terjadi pergeserean strategi, dari strategi perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan shareholder (mencari laba perusahaan) menjadi memaksimalkan keuntungan bagi semua yang berkepentingan dalam perusahaan ( stakeholder), yaitu perseorangan atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam kegiatan perusahaan,seperti karyawan, manajemen,pembeli,masyarakat,pemasok,pemegang saham (stockholder),distributor dan pemerintah). Akan tetapi,konsep laba tidak bisa dikesampingkan dan merupakan alat yang penting bagi perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi para stakeholder.
Laba  perusahaan merupakan cerminan dari kinerja manajemen strategic yang berhasil memuaskan stakeholder. Oleh karena itu salah satu tugas manajemen strategic yang berhasil memuaskan stakeholder.
Menurut Albert Widjaja (1993) laba perusahaan masih merupakan, tujuan yang kritis bagi perusahaan dan sebagai ukuran keberhasilan  perusahaan, tetapi bukan akhir dari suatu perusahaan. Di katakan sangat penting, karena apabila perusahaan tidak memperoleh laba, maka ia tidak akan memberikan manfaat bagi stakeholder. Ini  berarti tidak bisa meningkatkan gaji, tidak bias memberikan deviden kepada pemegang saham, tidak bisa memperluas usaha, dan tidak bisa membayar pajak ( J. Supranto,1993:5).
Dalam teori ekonomi mikro neo-klasik dari mazhab Austria, dikemukakan bahwa perusahaan bisa memperoleh keuntungan bila memiliki keunggulan yang unik untuk menghindari persaingan sempurna. Menurut Schumpeter (1934) keuntungan tersebut hanya bisa tercipata dari penemuan yang dilakukan para wirausaha dan penemuan itu dapat menciptakan keuntungan melalui penemuan cara-cara baru dalam memberi pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Menurut Richard A D’Aveni (1994: 253), penemuan para wirausaha merupakan hasil dari proses kreatif yang dinamis dari para pencipta yang berusaha menciptakan ketidakseimbangan pasar. Mengapa wirausaha dapat menciptakan barang-barang baru dan berbeda, dan menciptakan nilai pasar.
Menurut Michael Porter (1980) yang terkenal dengan teorinya Competitive Strategy, mengemukakan bahwa perusahaaan harus menciptakan daya saing khusus agar memiliki posissi tawar menawar yang kuat (bargaining power) dalam persaingan. Menurut “Dynamic Theory of Strategy “ dari Porter (1991), suatu perusahaan dapat mencapai keberhasilan bila tiga kondisi dipenuhi,yaitu:
Pertama, tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen (seperti produksi dan pemassaran) harus secara kolektif memperlihatkan posisi yang terkuat dipasar.
Kedua, tujuan dan kebijaksanaan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan, serta diperbaharui terus (dinamis) sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman lingkungan eksternal.
Ketiga, perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus (distinctive competency) sebagai pendorong (drivers) untuk menjalankan perusahaan, misalnya dengan “reputasi merek” (brand-namereputation) dan biaya produksi yang rendah (low cost). Kompetensi khusus ini tidak diubah, maka tingkat keuntungan perusahaan bisa menurun. Menurut Mintzberg (1990) dalam teori ‘Design School’, perusahaan harus mendesain straegi perusahaan yang cocok (fit) antara peluang dan ancaman exsternal dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman kepada pilihan alternative dari grand strategy, kemudian didukung dengan menumbuhkan capabilities initi (core competency) ynag merupakan kompetensi khusus (disctintive competency) dari pengelolaan sumber daya perusahaan.
Gery Hamel dan C.K. Paraheled dalam karyanya “Competing for The Future” (1994), mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti (core competency) sebagai berikut:
1) Kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam serangkaian   produk atau jasa.
2) Kompetensi adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki perusahaan untuk bersaing.
3) Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan  memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan bersaing dan memberikan konstribusi terhadap nilai biaya konsumen.
Menurut Mahoney dan Pandian (1992), untuk menghadapi persaingan yang kompleks dan krisis eksternal, perusahaan kecil dapat menggunakan teory “resource-based strategy “. Teori ini dinilai potensial untuk memelihara keberhasilan perusahaan ketika berada dalam situasi eksternal yang bergejolak, misalnya dalam keadaan krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia seperti sekarang. Teori ini mengutamakan pengembangan kapabilitas internal yang unggul (superior), tidak transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing, dan memberi daya saing jangka panjang yang melebihi tuntutan-tuntutan masa kini dipasar dan kebal terhadap resesi. Menurut Schoemacker (1980), atau teory resource based theory, mengemukakan pusat perhatian perusahaan dalam menciptakan keunggulan daya saing untuk mencari keuntungan besar yang dikemukakan Porter (1995) merupakan strategi jangka pendek dan statis sedangkan yang diperlukan adalah daya saing jangka panjang untuk meraih keuntungan yang berkesinambungan  (Albert Wijaya,1993:47).
Menurut teory ini, perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan sumber daya yang lebih baik,yaitu dengan:
1.  Pola organisasi dan administrasi yang baik
2. Perpaduan asset fisik yang “tangible” seperti sumber daya manusia dan alam serta asset “intangible” seperti kebiasaan berfikir kreatif (Penrose,1995) dan keterampilan manajerial.
3.  Budaya perusahaan
4.  Proses kerja dan penyesuaian yang segera atas tuntutan baru.
Kedua teori ini kelihatanya sangat relevan bila diterapkan dalam pembangunan perusahaan kecil di Indonesia yang dihadapkan pada persaingan bebas dan krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti sekarang ini.
Pangsa produksi adalah prusahaan yang muncul pada berbagai produk yang mempunyai berbagai komponen penting yang sama dan tidak lagi mencari pangsa pasar pada produk konsumen akhir seperti masa lalu. Strategy resource-based ini menurut Albert Widjaja (1993:47) lebih murah,karena usaha kecil bisa memanfaatkan sumberdaya alam dan tenaga kerja lokal.
Menurut Grant (1991), yang dikutip oleh Albert Wijaya (1994) ada beberapa langkah untuk mengembangkan resource-based strategy, antara lain:
(1) Mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber daya. Sumber daya itu di antaranya:
a)  Teknologi yang dimilki
b)  Kapabilitas karyawan
c)  Paten dan merek
d)  Keuangan
e)  Kecanggihan pemasaran
f)  Pelayanan pada pelanggan
Sumber daya tersebut diklasifikasikan menjadi:
a.  Sumber daya financial
b. Sumber daya fisik
c.  Sumber daya manusia
d.                   Sumber daya technology
e.  Sumber daya refutasi organisaai
(2) Mengidentifikasikan dan mengevaluasi kapabilitas. Kapabilitas diartikan sebagai apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan dari kerja tim (bukan perorangan) yang bersama-sama mengembangkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Kapabilitas yang mengintegrasikan ide baru,keterampilan,dan pengetahuanlain yang menjadi kunci berfikift kreatif.              

(3) Menyortir dan mengembangkan kapabilitas untuk diaplikasikan  di pasar untuk mencapai keuntungan yang tinggi secara berkesinambungan yang sulit ditiru atau disaingi. Dalam hal ini kapabilitas harus dipelihara dalam hal:
a) Harus tahan lama, yaitu perlu terus pembaharuan atau modifikasi dengan mencari pengetahuan atau ide-ide baru.
b) Harus tidak transparan,yaitau dengan mengembangkan  kapabilitas yang beragam,tidak menggantungkan pada salah-satu sumber kapabilitas, sehingga sulit di amati atau direkonstruksikan oleh orang lain.
(4) Mempormulasikan strategi pengembangan core resources and capability seefektif mungkin pada semua kegiatan manajemen.

8.2 STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN

Dalam konsep strategi pemasaran kita mengenal 4P yaitu:
1)  Product (produk barang dan jasa)
2)  Price (harga)
3)  Place (tempat)
4)  Promotion (promosi)
Dalam kewirausahaan marketing mix tersebut ditambahkan satu P yaitu probe (research and development) sehingga  menjadi 5P, yaitu:
1)  Probe (penelitian dan pengembangan)
2)  Product (produk barang dan jasa)
3)  Price (harga)
4)  Place (tempat)
5)  Promotion (promosi)
Dalam manajemen strategi yang baru, Mintzebrg mengemukakan 5P yang sama artinya dengan strategi yaitu:
1)      Strategi adalah perencanaan
konsep strategi adalah perencanaan, arahan atau acauan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan. Akan tetapi,tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang belum dilaksanakan. Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya.
2) Strategi adalah pola
Starategi adalah pola (strategy is patern), yang selanjutnya disebut sebagai intended strategy, karena belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan. Atau disebut juga sebagai realize strategy karena telah dilakukan oleh perusahaan.
        3)  Strategi adalah Posisi (position)
Artinya memposisikan produk tertentuu ke pasar tertentu yang di tuju. Strategi menurut Mintzeberg cenderung melihat  ke bawah, yaitu ke suatu titik bidik dimana produk tertentu bertemu dengan pelanggan., dan melihat keluar yaitu meninjau berbagai apek lingkungan eksternal.
4)   Strategi adalah persfektif ( persfektif)
Strategi persfektif senderung lebih melihat ke dalam organisasi,dan keatas yaitu melihat garand vision dari perusahaan.
         5)  Strategi adalah permainan (play)
Strategi  adalah suatu maneuver tertentu untuk memperdaya lawan atau pesaing.
Banyak para ahli ekonomi mengemukakan beberrapa teori yaitu:

8.2.1 Teori Generik Strateg dan Keunggulan Bersaing

Michele P Porter mengungkapkan beberapa strategi yang dipergunakan dalam perusahaan untuk bersaing yaitu:
  1. Persaingan merupakan inti keberhasilan dan kegagalan. Ini berarti keberhasilan atau kegagalan tergantung pada keberanian perusahan untuk bersaing. Strategi bersaing dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat keuntungan dan posisi yang langgeng ketika menghadapi persaingan.
  2. Keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh perusahaan bagi pelanggan atau pembeli. Keunggulan bersaing menggambarkan cara perusahaan memilih mengimplementasikan strategi generic (biaya rendah,differensiasi,dan focus) untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing.
  3. Ada dua jenis dasar keunggulan bersaing, yaitu biaya rendah (low cost) dan differensiasi (differentiation). Semua keunggulan ini berasal dari struktur industri. Perusahan yang berhasil dengan strategi biaya rendah memilki kemampuan dalam mendnesain,produk, dan pasar yang lebih efisien dibandingkan pesaing. Sedangkan differensiasi adlah kemampuan uuntuk menghasilkan baraang dan jasa unik dan memililki nilai lebiih (superior value) bagi pembeli dalam bentuk kualitas produk,sifat-aifat khusus, dan pelayanan, lainnya.
  4. Ke dua jenis dasar keunggulan bersaing di atas, menghasilkan tiga strategi generic (Porter,1997:11-13), yaitu:
a)                  biaya rendah (low cost)]
b)                  Diferensiasi (differensiation)
c)                  Focus (focus)
Strategi fookus memiliki dua variable utama, yaitu:
a)      Focus differensiasi           
b)      Focus biaya
5)  Low cost strategy. Strategi ini mengandalakn keunggulan biaya yang relative rendah  dan menghasilkan barang dan jasa. Keunggukan biaya berasal dari:
a)                  pengerjaan bersekala ekonomis
b)                  teknologi milik sendiri
c)                  akses preferensiasi ke bahan baku
6)  Diffeerentiation. Keunggulan focus differensiasi berasal dari kemampuan perusahaan umtuk menghasilkan barang dan jasa yang unik dalam industrinya dan dalam semua dimensi secara umum  diharagai pembeli.
Diferensiasi dapat dilakukan dalm beberapa bentuk, antara lain :
a)                  Diferensiasi produk
b)                  Diferensiasi sistem penyerahan/penyampaiam produk
c)                   Diferensiasi dalam pendekatan pemasaran
d)                 Diferensiasi alam peralatan dan kondtruksi
e)                   Diferensiasi dalam citra produk
a)                  Focus strategy. Strategi focus berusaha mencari kegulan dalam segmen sasaran pasar trtentu, meskipu tidak memilliki keunggulan bersaaing secara keseluruhan. Ada dua focus, yaitu:
a)                  Focus biaya
b)                  Focus differensiasi
sasaran adalah pembeli dengan pelayanan yang paling baik dan bebeda dengan yang lainnya.


8.2.2 Strategi The New 7’s S (D’Aveni)
Richard A. D’Aveni (1994:253) mengemukakan suatu ide dasar, bahwa perusahaan harus menekankan pada strategi yang memfokuskan pada pengembangan kompetensi inti ( building core  competency ),pengetahuan, dan keunikan untuk menciptakan keunggulan. Oleh karena itu D’Aveni mengajukan tujuh kunci keberhasilan perusahaan dalam  hypercompetitive, yang dikenal dengan “The New 7-S s”.
Konsep “The New 7-S’s” ini meliputi pokok-pokok dasar sebagai berikut:
1)      Superior stakeholder satisfaction
2)      Strategy soothsaying
3)      Positioning for speed
4)      Positioning for surprise
5)      Shifting the role of the game
6)      Signaling strategic intent
7)      Simultanous and sequential strategic thrusts
Strategi yang pertama dari New 7’S s adalah memberi kepuasan yang istimewa kepada stakeholder ( yaitu semua unsur yang memiliki kepentingan dalam perusahaan dengan tanpa kecuali, seperti pemasok, karyawan, manajer, pemegang saham, konsumen, pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
Strategi kedua adalah strategi yang memfokuskan pada sasaran, artinya perusahaan harus mencari posisi yang tepat bagi produk dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
Strategi ketiga, adalah strategi dalam memposisikan perusahaan secara cepat di pasar. Perusahaan harus segera mengkomunikasikan produk dan jasa-jasa tersebut ke pasar supaya segera dikenal konsumen.
Strategi keempat adalah membuat posissi yang mencengangkan melalui barang barang dan jasa-jasa baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan nilai tambah baru, sehingga konsumen lebih menyukai barang dan jasa yang diciptakan perusahaan.
Starategi kelima adalah mengubah pola-pola persaingan perusahaan yang dimainkan sehingga pesaing terganggu dengan pola-pola baru yang berbeda.
Strategi ke enam adalah mengutamakan pada perasaan. Kedekatan dengan para karyawan, relasi, dan konsumen merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Strategi ketujuh adalah mengembangkan faktor-faktor pendorong atau penggerak strategi secara simultan dan berurutan melalui penciptaan barang-barang dan jasa-jasa yang selalui memberi keputusan konsumen.
Kunci utama dari The New 7-S’s adalah menggunakan inisiatif untuk merebut persaingan. Menurut D Aveni, The New 7-S’s menyangkut peniptaan sesuatu yang baru dan keadaan yang berbeda untuk masa depan. Strategi ini dimaksudkan untuk membatasi strategi dinamis yang dimilki oleh pesaing.
D’Aveni, mengelompokan New 7-S,s di atas menjadi tiga kelompok yang sangat efektif untuk mengganggu pasar, yang meliputi visi (vision), kemampuan (capabilities),dan kiat (tactics). Kerangka kerja The New 7’S s berdasarkan pada strategi penemuan dan pengembangan keunggulan melalui gangguan pasar,bukan berdasarkan keunggulan yang berkesinambungan dan keseimbangan yang sempurna.
Tujuan dari the New 7-S’s adalah menciptakan gangguan dengan cara menciptakan keunggulan-keunggulan baru yang berkesinambungan.  

No comments:

Post a Comment